- Hewan-hewan yang biasa dimakan oleh umat Islam adalah Ayam, Sapi, Kambing, Unta, Kerbau, Domba, Itik, dan hewan-hewan lain yang diperbolehkan dalam Islam. Dalam agama Islam menyembelih hewan memiliki doanya tersendiri agar hewan yang disembelih menjadi halal untuk dimakan oleh umat Islam. Jika hewan yang disembelih tidak sesuai syariat Islam maka daging hewan yang dikonsumsi menjadi haram untuk dimakan. Oleh karena itu, di bawah ini akan diberikan beberapa doa dalam menyembelih hewan. 1. Doa Menyembelih Ayam Jantan Nawaitu An Adzbaha haadzad dayka lillahi ta’ala. Artinya “Saya berniat menyembelih ayam jantan ini karena Allah Ta’ala.” 2. Doa Menyembelih Ayam Betina Nawaitu An Adzbaha haadzal ganama lillahi ta’ala. Artinya “Saya berniat menyembelih ayam betina ini karena Allah Ta’ala.” 3. Doa Menyembelih Itik Nawaitu An Adzbaha haadzihil batata lillahi ta’ala. Artinya “Saya berniat menyembelih itik ini karena Allah Ta’ala.” 4. Doa Menyembelih Kambing/Domba
Izinpost admin. Kandang Burung / Burung Pipit Finch Zebra Satuan Jantan . Beli Pipit Online terdekat di Jawa Timur berkualitas dengan harga murah terbaru 2021 di . 000. com Order Now Burung Finch Pipit Zebra Sepasang Jantan Dan . Rp168. 9 Jun 2015 — Pipit zebra / zebra finch termasuk jenis burung finch yang banyak dipelihara maupun
Bondol adalah sejenis burung kecil yang tergolong ke dalam genus Lonchura famili Estrildidae. Sebelumnya, marga ini dimasukkan ke dalam suku manyar-manyaran, Ploceidae. Marga ini hidup menyebar luas di Afrika dan Asia bagian selatan, mulai dari India dan Sri Lanka ke timur hingga Indonesia dan Filipina. Secara umum, bondol juga dikenal luas sebagai burung pipit. Dalam bahasa Inggris, burung-burung ini dikenal dengan sebutan munia atau minia, mannikin dari bahasa Belanda mannekijn, 'orang kecil',[1] atau silverbills, merujuk pada paruhnya yang berwarna timah atau keperakan.
Ikanpari berkembang biak dengan cara; Perkembangbiakan yang diawali dengan adanya pertemuan antara sel kelamin jantan dan betina, disebut perkembangbiakan; Serangga yang memiliki rasa solidaritas tinggi adalah; Fungsi Ribosom pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhan; Berikut ini adalah organel-organel yang hanya terdapat pada tumbuhan, kecuali
KEMAMPUAN MAKAN, PREFERENSI PAKAN, DAN PENGUJIAN UMPAN BERACUN PADA BONDOL PEKING Lonchura punctulata L. DAN BONDOL JAWA Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore KURNIATUS ZIYADAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK KURNIATUS ZIYADAH. Kemampuan Makan, Preferensi Pakan, dan Pengujian Umpan Beracun pada Bondol Peking Lonchura punctulata L. dan Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore. Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO. Padi merupakan bahan pangan dengan sumber karbohidrat yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa kendala dalam peningkatan produksi padi, salah satu penyebabnya adalah serangan organisme pengganggu tanaman OPT. Vertebrata hama cukup penting pada tanaman padi yaitu bondol peking L. punctulata L. dan bondol jawa L. leucogastroides Horsfield & Moore. Diperlukan cara pengendalian yang tepat untuk menekan serangan hama tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi burung bondol terhadap gabah dan beras merah, preferensi makan burung bondol terhadap biji-bijian dan pakan buatan yang dapat digunakan sebagai umpan dalam pemerangkapan maupun umpan beracun, serta mengetahui jenis racun yang efektif dalam pengendalian burung bondol. Terdapat dua pengujian dalam percobaan yaitu pengujian individu dan pengujian populasi. Pada masing- masing pengujian terdapat tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu perlakuan kemampuan makan dengan memberikan pakan utama gabah pada masing-masing pengujian. Tingkat konsumsi bondol peking dan bondol jawa sebesar 2-2,8 gram/hari. Konsumsi bondol jantan dan betina menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Percobaan kedua yaitu perlakuaan preferensi pakan dengan metode pilihan multiple choice dengan meletakkan enam pakan gabah, beras merah, jewawut, milet, jagung pipil dan pelet secara bersamaan pada setiap kandang. Hasil percobaan menunjukkan tingkat konsumsi terhadap jenis pakan alami biji-bijian lebih disukai dari pada pakan buatan. Percobaan ketiga yaitu perlakuan preferensi racun dengan metode pilihan. Pada pengujian menunjukkan pakan alami tanpa racun lebih disukai dari pada umpan beracun. Kata kunci Bondol peking, Bondol jawa, pakan burung, dan umpan beracun. ABSTRACT KURNIATUS ZIYADAH. The Ability of Eat, Feed Preference, and Poisons Bait Testing on Scaly-breasted Munia Lonchura punctulata L. and Javan Munia Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore. Adviced by SWASTIKO PRIYAMBODO. Rice is the food sources of carbohydrates that important in life Indonesian society. There are several constraints to increasing rice production, one of the constraints is pest of plant attack. Vertebrate pest wich quite important in the rice plant is scaly-breasted munia L. punctulata L. and javan munia L. leucogastroides Horsfield & Moore. The right way to control and press the pest attack is necessary. This research aims to know the level of grain consumption of bird, bird feed preference to the grain and artificial feed that can be used as bait in entrapment and poisons bait, and to know what types of poisons that are effective in controlling of bird. There are two test in the experiment such as individual testing and population testing. In each test there are three experiments. The first experiment is the ability of eat treatment with the primary feed grain as in each tests. Consumption level of scaly-breasted munia and javan munia is 2-2,8 grams of day. Consumption bird of males and females do not show significant different result. The second experiment is feeding preferences treatment by the method of choice multiple choice with placing six of feed grain, brown rice, berley, millet, corn grain, and pellet simultaneously on each cage. The result show the consumption of natural feed grain is more desirable than artificial feed. The third experiment is poisons bait preference treatment by the method of choice. On this examination show natural food without poison bait is more desirable than poison bait. Keywords Scaly-breasted Munia, Javan Munia, feeds bird, and poisons bait. KEMAPUAN MAKAN, PREFERENSI PAKAN, DAN PENGUJIAN UMPAN BERACUN PADA BONDOL PEKING Lonchura punctulata L. DAN BONDOL JAWA Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore KURNIATUS ZIYADAH A34070046 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Kemampuan Makan, Preferensi pakan, dan Pengujian Umpan Beracun pada Bondol Peking Lonchura punctulata L. dan Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore Kurniatus Ziyadah A34070046 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, NIP 19630226 198703 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr. Ir. Dadang, NIP 19640204 199002 1 002 Tanggal Lulus 23 Mei 2011 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pamekasan, Madura pada tanggal 5 November 1988. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Surodiyono dan Ibu Nurhayati. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 2 Pamekasan pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Institut pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut pertanian Bogor USMI dengan Program Studi Proteksi Tanaman. Selama kuliah penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Uni Konservasi Fauna IPB sebagai anggota Divisi Insekta 2007-2011, anggota Pramuka IPB 2007-2008, Entomology Club Proteksi Tanaman anggota 2008-2009; sekretaris 2009-2010, pengurus Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman Himasita bidang Facility and Property 2009-2010, Organic Farming Club Himasita anggota 2008-2009, bendahara 2009-2010, sekretaris 2010-2011. Penulis pernah magang di Museum Serangga dan Taman Kupu di Taman Mini Indonesia Indah TMII pada tahun 2008 dan magang di Balai penelitian Kacang dan Umbi-umbian BALITKABI Malang pada tahun 2009. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan dasar IHTD pada tahun 2009, Entomologi Umum pada tahun 2010 serta Pengelolaan dan Pemanfaatan Pestisida pada tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian PKMP pada tahun 2009 dan 2010. Selain itu, pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti lomba Spelling Bee yang diadakan oleh museum Serangga Proteksi Tanaman sebagai Juara pertama. PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kemampuan Makan, Preferensi Pakan, dan Pengujian Umpan Beracun pada Bondol Peking Lonchura punctulata L. dan Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tamanan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan September 2010 sampai Desember 2010. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, khususnya kepada 1. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Giyanto, selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Tri Haryoko di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI dan staf LIPI lainnya atas bantuan selama penelitian. 4. Bapak Surodiyono, BA.Alm., ibunda Nurhayati, , Abi Drs. Idrus Lutfi SH, Lusiana Nuriati Moh. Nur Kholis dan keluargaku yang telah memberikan dukungan moral maupun materil, kasih sayang serta doa restu. 5. Dr. Ir. Damayanti Buchori, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, masukan serta nasehat selama kuliah. 6. Bapak Ahmad Soban, dosen, serta staf dan administrasi Departemen Proteksi Tanaman. 7. Dede Suryadi atas doa, dukungan, dan motivasinya. 8. Seluruh teman di Proteksi Tanaman khususnya DPT 44, Irma, Nurul, Ida, Tika, Jezzica, Nurul, Taher, Anda serta kak Sifa, kak Udin, mas Eko, dan kak Pringgo atas dukungan dan masukan yang telah diberikan. 9. Teman seperjuangan di Laboratorium Vertebrata Hama, Dwi Dinar Murjani dan Ahmad Riyadi atas dukungan dan kerjasamanya. 10. Keluarga di UKM UKF, Himasita, OF Himasita, dan Ento-Club Himasita. 11. Teman-teman kos Do’i sahabatku Dini, Fitri, Nuvi, Ulva, Desi, Melin, Alim, mbak Reyta, dan Yuyun serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Bogor, Oktober 2010 Kurniatus Ziyadah DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ .viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ .... x PENDAHULUAN ....................................................................................... ... 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5 Burung Pemakan Biji-bijian ................................................................... 5 Bondol Peking Lonchura punctulata .............................................. 6 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides ......................................... 7 Pakan ...................................................................................................... 8 Racun ...................................................................................................... 12 Seng Fosfida Zn3P2 ......................................................................... 12 Bromadiolon C30H23BrO4 ............................................................... 13 Kumatetralil C19H16O3 .................................................................... 13 BAHAN DAN METODE ........................................................................... 15 Waktu dan Tempat ................................................................................. 15 Bahan dan Alat ....................................................................................... 15 Metode Penelitian ................................................................................... 17 Persiapan Kandang ............................................................................ 17 Persiapan Hewan Uji ......................................................................... 17 Pengujian Konsumsi Makan .............................................................. 18 Pengujian Preferensi Pakan ............................................................... 18 Pengujian Racun ................................................................................ 19 Konversi Umpan ................................................................................ 19 Analisis Data ......................................................................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 21 Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa .......................... 21 vii Konsumsi Harian Bondol Peking dan Bondol Jawa terhadap Gabah ................................................................................. 21 Pengujian Individu terhadap Konsumsi Beras Merah ....................... 22 Perbandingan Jenis Kelamin Burung terhadap Konsumsi ................. 23 Pengujian Populasi Terhadap Gabah ................................................. 24 Preferensi Pakan Bondol Peking dan Bondol Jawa ................................ 25 Pengujian Individu ............................................................................. 25 Konsumsi Harian Bondol Peking dan Bondol Jawa .......................... 26 Pengujian Populasi ............................................................................. 28 Pengujian Racun terhadap Bondol Peking dan Bondol Jawa ................. 29 Pengujian Individu ............................................................................. 29 Konsumsi Harian Racun dan Kematian Burung pada Pengujian Individu ............................................................................. 31 Pengujian Populasi ............................................................................. 33 Kematian Burung pada Pengujian Populasi ...................................... 34 Gejala Keracunan pada Pengujian Racun Individu dan Populasi ............................................................................................. 35 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 37 Kesimpulan ............................................................................................. 37 Saran ....................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 38 LAMPIRAN ................................................................................................. 41 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Kandungan gizi dan mineral pada milet ............................................ 9 2. Kandungan gizi dan mineral pada beras ............................................ 10 3. Kandungan zat gizi jagung tiap 100 gram berat yang dapat dimakan .............................................................................................. 11 4. Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking serta bondol jawa terhadap gabah pada pengujian individu ............................................ 21 5. Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking serta bondol jawa terhadap beras merah pada pengujian individu .................................. 22 6. Konsumsi terhadap gabah dan beras merah pada bondol peking serta bondol jawa pada pengujian individu ............................ 23 7. Konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dan beras merah berdasarkan jenis kelamin ....................................... 24 8. Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah pada pengujian populasi ............................................ 24 9. Konsumsi pakan bondol jawa dan bondol peking ............................. 25 10. Konsumsi pakan bondol jawa dan bondol peking ............................. 28 11. Konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap racun pengujian individu ............................................................................... 29 12. Konsumsi racun pada pengujian individu .......................................... 30 13. Konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap racun ................ 33 14. Konsumsi racun pada pengujian populasi .......................................... 34 15. Gejala keracunan pada bondol peking dan bondol jawa pada pengujian individu dan populasi ................................................ 35 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Berbagai bentuk paruh burung ........................................................... 5 2. Bondol peking .................................................................................... 6 3. Bondol jawa ....................................................................................... 7 4. Kandang individu dan kandang populasi .......................................... 15 5. Jenis pakan pada preferensi pakan; milet, jagung pipil, jewawut, pelet, beras merah, dan gabah ............................................. 16 6. Timbangan elektronik electronic top-loading balance for animal ............................................................................................... 16 7. Jenis racun yang digunakan dalam pengujian; kumatetralil 0,75%, seng fosfida 80%, dan bromadiolon 0,25% ........................... 17 8. Umpan pengujian racun; gabah tanpa racun, gabah dengan racun seng fosfida, gabah dengan racun kumatetralil, gabah dengan racun bromadiolon ................................................ 17 9. Konsumsi harian terhadap gabah gram/ 10 gram bobot tubuh ................................................................................................. 22 10. Konsumsi harian bondol peking dan bondol jawa terhadap beragai jenis pakan ............................................................................. 27 11. Konsumsi harian racun pengujian individu ....................................... 31 12. Jumlah kematian harian pengujian individu ...................................... 32 13. Jumlah individu yang mati terhadap konsumsi racun dalam pengujian populasi ............................................................................. 34 14. Gejala keracunan bondol peking dan bondol jawa ............................ 36 DAFTAR LAMPIRAN No. 1. Halaman Analisis ragam bobot tubuh bondol peking vs bondol jawa perlakuan kemampuan makan pada gabah pengujian individu ....... 42 2. Analisis ragam kemampuan makan gabah bondol peking vs bondol jawa pengujian individu ...................................................... 42 3. Analisis ragam bobot tubuh bondol peking vs bondol jawa perlakuan kemampuan makan pada gabah pengujian populasi ....... 42 4. Analisis ragam kemampuan makan beras merah bondol peking vs bondol jawa pengujian individu .................................................. 43 5. Analisis ragam kemampuan bondol peking terhadap gabah dan beras merah pengujian individu ...................................................... 43 6. Analisis ragam kemampuan bondol jawa terhadap gabah dan beras merah pengujian individu ...................................................... 43 7. Analisis ragam kemampuan makan gabah bondol peking jantan vs betina pengujian individu ................................................. 44 8. Analisis ragam kemampuan makan gabah bondol jawa jantan vs betina pengujian individu ................................................. 44 9. Analisis ragam kemampuan makan beras merah bondol peking jantan vs betina pengujian individu ................................................. 44 10. Analisis ragam kemampuan makan beras merah bondol jawa jantan vs betina pengujian individu ................................................. 45 11. Analisis ragam bobot tubuh bondol peking vs bondol jawa perlakuan kemampuan makan pada gabah pengujian populasi ............................................................................................. 45 12. Analisis ragam kemampuan makan bondol peking vs bondol jawa terhadap gabah pengujian populasi ......................................... 45 13. Analisis ragam preferensi pakan bondol peking pengujian individu ............................................................................................. 46 14. Analisis ragam preferensi racun bondol jawa pengujian individu ............................................................................................. 46 15. Analisis ragam preferensi pakan bondol peking pengujian populasi ............................................................................................. 46 16. Analisis ragam preferensi pakan bondol jawa pengujian populasi ............................................................................................. .... 47 17. Analisis ragam preferensi racun bondol peking pengujian individu ............................................................................................. 47 xi 18. Analisis ragam preferensi racun bondol jawa pengujian individu ............................................................................................. 47 19. Analisis ragam preferensi racun bondol peking pengujian populasi ............................................................................................. 48 20. Analisis ragam preferensi racun bondol jawa pengujian populasi ............................................................................................. 48 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional Mubyarto 1989. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian. Menurut BPS 2010a, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebesar jiwa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan struktur tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar 42,83 juta jiwa. Sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan perkebunan Rahim dan Diah 2008. Subsektor pangan dikenal juga sebagai subsektor makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar penduduk dalam jumlah yang cukup besar dan merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi Rahim dan Diah 2008. Menurut Setiaji 1981, tanaman pangan utama Indonesia adalah beras, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, dan kedelai. Konsumsi pangan terbesar Indonesia sebagai sumber karbohidrat adalah beras. Konsumsi beras per kapita sebesar 139,15 kg/tahun dan merupakan konsumsi terbesar di dunia dengan rata-rata konsumsi dunia hanya 60 kg/kapita/tahun BPS 2010b. Tidak hanya Indonesia, bahkan hampir setengah penduduk dunia saat ini tergantung pada beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan pangan beras semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 1950 sampai 1960-an ketergantungan pangan masyarakat Indonesia pada beras baru sebesar 53%, namun sampai tahun 2010 ketergantungan akan beras semakin tinggi hingga 92-95% Purnomo 2010. Mengingat kebutuhan pangan beras terus meningkat, maka usaha peningkatan produksi beras terus dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi, upaya pemerintah ini dihadapkan pada berbagai kendala dalam produksi beras Indonesia, diantaranya alih fungsi lahan pertanian, degradasi lahan, dan serangan organisme pengganggu tanaman OPT. 2 Gangguan organisme pengganggu tanaman salah satunya disebabkan oleh serangan hama. Hama merupakan masalah penting yang dihadapi petani dalam usahatani padi. Hama yang menyerang tanaman padi dapat dikelompokkan dalam avertebrata hama hewan tidak bertulang belakang dan vertebrata hama hewan bertulang belakang. Avertebrata hama yang sering menyerang tanaman padi diantaranya penggerek batang padi putih, penggerek batang padi kuning, walang sangit, wereng daun padi dan wereng batang cokelat yang menjadi serangga hama utama di Jawa Soehardjan 1971. Sedangkan vertebrata hama yang menyebabkan penurunan produksi padi diantaranya tikus, babi hutan, burung dan beberapa hama lainnya Matnawy 1989. Burung dapat menyebabkan kerusakan tanaman di beberapa tempat di dunia, seperti kerusakan pada jagung di Amerika Utara, gandum di Selandia Baru, buah-buahan di Australia, dan padi di Afrika Hone 1994. Jenis burung yang dikenal sebagai hama padi secara umum adalah burung pipit, bondol, dan manyar. Jenis-jenis burung ini mengonsumsi bulir padi yang sudah menguning dan terkadang menyebabkan kerusakan tanaman pertanian yang parah. Selain ketiga jenis burung di atas Beberapa jenis burung yang menjadi hama pertanian seperti jenis mandar, merpati, dan betet yang juga mengonsumsi padi dan jagung MacKinnon & Phillips 1993. Burung pipit dan bondol merupakan jenis burung pemakan biji yang dapat menyebabkan kehilangan hasil produksi padi, jenis burung ini termasuk dalam Famili Estrildidae Balen & Burung Indonesia 2010. Terdapat 28 spesies burung bondol diantaranya bondol peking Lonchura punctulata dan bondol jawa Lonchura leucogastroides Grzimek 1973. Jenis burung yang sering dijumpai di lapangan dan sering diperdagangkan adalah bondol peking dan bondol jawa Iskandar 2000, Moreno 1997. Serangan burung pipit atau bondol terhadap tanaman padi dua tahun terakhir tahun 2009 dan 2010 telah meresahkan beberapa petani di beberapa tempat seperti Kabupaten Ciamis, Subang, Bogor, dan beberapa daerah di Aceh. Akibat serangan burung tersebut produksi padi mengalami penurunan produksi sebanyak 30-50 %. Burung pipit biasanya mulai memakan bulir padi yang sedang memasuki masa masak susu atau padi dengan masa tanam 70 hari. Serangan 3 terjadi saat kondisi cuaca sedang teduh dan burung menyerang secara bergerombol. Salah satu penyebab tingginya serangan burung terhadap tanaman padi adalah penanaman dan pemanenan padi yang tidak serempak Aceng 2009, Bahri 2009, Nastain 2009, Susilo 2010. Beberapa teknik pengendalian terhadap burung telah dilakukan di sawahsawah Pulau Jawa dan Bali, namun usaha yang dilakukan membutuhkan tenaga dan waktu yang lama untuk mengusir burung-burung tersebut dari sawah. Beberapa cara pengendalian telah dikembangkan seperti menggunakan tenaga angin atau seorang anak kecil yang duduk dalam gubuk di tengah-tengah sawah dan menggoncang-goncangkan tali untuk mengusir burung di sawah. Para petani menggunakan beberapa cara tradisional sebagai upaya pengendalian serangan hama burung yaitu menggunakan jaring, kaleng berisikan batu kerikil yang diikat pada tali kemudian dibentangkan ke seluruh areal sawah, atau dengan membuat orang-orangan sawah atau menjaga sawah dari pagi hingga sore dari serangan burung MacKinnon & Phillips 1993. Tindakan khusus sebagai upaya dalam mengatasi masalah hama burung belum banyak dilakukan oleh pemerintah, meskipun telah banyak laporan mengenai serangan hama burung tersebut, sehingga diperlukan beberapa rekomendasi pengendalian terhadap serangan hama burung tersebut. Penelitian mengenai tingkat konsumsi hama burung pada padi dapat menggambarkan estimasi kehilangan hasil produksi di pertanaman padi, dan penelitian berbagai jenis pakan untuk mengetahui jenis pakan yang disukai bermanfaat dalam pemerangkapan, serta uji racun untuk mengetahui jenis racun yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi burung bondol terhadap gabah dan beras merah, preferensi makan burung bondol terhadap bijibijian dan pakan buatan yang dapat digunakan sebagai umpan dalam pemerangkapan maupun umpan beracun, serta mengetahui jenis racun yang efektif dalam pengendalian burung bondol. 4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besaran konsumsi burung bondol terhadap gabah sebagai acuan dalam mengetahui kerugian di lapangan, memberikan informasi mengenai jenis pakan yang disukai, dan mengetahui jenis racun yang efektif untuk pengendalian burung. 5 TINJAUAN PUSTAKA Burung Pemakan Biji-bijian Burung pemakan biji memiliki ukuran tubuh kecil dan bergerak cukup gesit serta lincah, sehingga susah ditangkap. Beberapa jenis burung pemakan biji antara lain jenis bondol seperti bondol jawa Lonchura leucogastroides, cerukcuk Pycnonotus goiaver, dan burung cabe Dicaeum trochileum Suaskara, Ginatra, & Muksin 2010. Burung pemakan biji mengonsumsi biji sebanyak 10% dari berat tubuhnya. Karena kesukaannya memakan biji-bijian terdapat beberapa jenis burung yang menjadi hama tanaman. Burung- burung yang sering menjadi hama pertanian seperti bondol, pipit, kakatua, nuri, dan gagak Soemadi & Abdul 2003. Burung pemakan biji umumnya mempunyai tembolok, yaitu bagian yang membesar di bagian esofagus. Tembolok berguna sebagai penampung sementara biji yang telah ditelan. Selain itu, burung pemakan biji memiliki paruh pendek, kuat, dan tebal dengan ujung paruh sedikit bengkok. Paruh bagian atas burung pemakan biji sedikit lebih panjang daripada bagian bawah Gambar 1, namun ada sebagian kecil burung pemakan biji dengan paruh yang sama panjang. Paruh burung pemakan biji berbentuk kerucut yang digunakan untuk mematuk, mengupas kulit biji, dan menghancurkan biji-bijian. Sumber Soemadi & Abdul 2003 Gambar 1 Berbagai bentuk paruh burung 6 Burung pemakan biji mengupas kulit biji dengan cara meremuk, memotong, atau mengiris kulit biji dengan bantuan sisi paruh yang tajam. Selain itu, terdapat beberapa burung yang langsung menelan biji tanpa mengupasnya terlebih dahulu Soemadi dan Abdul 2003. Bondol Peking Lonchura punctulata Bondol peking L. punctulata disebut juga bondol dada sisik, pipit pinang, emprit, piit bondol atau Scaly-breasted munia termasuk dalam Famili Estrildidae Balen & Burung Indonesia 2010. Bondol peking merupakan burung dengan tubuh berukuran kecil 11 cm. Bondol peking memiliki ciri-ciri tubuh berwarna coklat pada dahi bagian atas sampai penutup ekor bagian atas. Pada bagian ekor berwarna coklat kehitaman. Bulu penutup sayap dan bulu sayap berwarna coklat. Selain itu, pada bagian dagu dan leher berwarna coklat tua. Dada sampai penutup ekor bagian bawah berwarna putih dengan sisik-sisik hitam Gambar 2. Bagian iris berwarna coklat, dengan paruh berwarna abu-abu gelap pada bagian atas dan coklat pada bagian bawah, sedangkan kaki berwarna hitam abu-abu MacKinnon 1990, Sumaryati et al 2007, Davidson & Chew 2007, Novarino et al 2008, Priyambodo 2009. Menurut MacKinnon 1990, bondol peking yang belum dewasa memiliki ciri tubuh bagian bawah berwarna kuning tua tanpa sisik. Gambar 2 Bondol peking Habitat bondol peking adalah lahan budidaya terbuka, lahan semi budidaya, dan padang rumput Coates & Bishop 2000. Kebiasaan burung ini hidup berpasangan atau berkelompok dan mudah bercampur dengan bondol jenis lain. Makanan utama burung ini adalah padi dan biji rumput. Suara bondol peking 7 ketika bersiul yaitu ”ki-dii, ki-dii” dan jika dalam bahaya ”tret-tret”. Bondol peking umum dijumpai di Jawa dan Bali dan tersebar luas sampai pada ketinggian m dpl MacKinnon, Phillips, & Ballen 2010. Seekor burung bondol peking dapat menghasilkan empat sampai enam butir telur setiap peneluran dan telur berwarna putih. Telur diletakkan pada sarang berbentuk botol yang khas terbuat dari rumput. Sarang diletakkan di atas semak, pohon kecil atau palem dan tersembunyi pada tempat gelap MacKinnon 1990, Ichinose et al 2006, Sumaryati et al 2007, Priyambodo 2009, MacKinnon et al 2010. Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Bondol Jawa L. leucogastroides dikenal sebagai burung pipit jawa atau javan munia dari Famili Estrildidae Balen & Burung Indonesia 2010. Menurut MacKinnon 1990, bondol jawa dikenal merupakan burung yang bertubuh padat dan mempunyai ukuran kecil 11 cm. Bondol jawa memiliki ciri tubuh berwarna coklat, hitam, dan putih . Ciri lain bondol jawa adalah tubuh bagian atas berwarna coklat, tidak berburik, serta muka dan bagian dada atas berwarna hitam Gambar 3. Pada bagian samping perut dan bagian rusuk bondol jawa berwarna putih, sedangkan bagian ekor berwarna coklat gelap. Selain itu, bondol jawa memiliki iris dan paruh berwarna coklat, serta kaki berwarna abu-abu. Bondol jawa yang belum dewasa memiliki ciri tubuh bagian dada dan leher berwarna coklat, serta tubuh bagian bawah berwarna kekuningan Davidson & Chew 2007. Gambar 3 Bondol jawa 8 Habitat bondol jawa adalah lahan pertanian dan padang rumput alami Sulistyadi 2010. Menurut Mackinnon 1990, Makanan utama bondol jawa adalah padi dan biji rumput. Bondol jawa membentuk kelompok pada masa pemanenan padi dan biasa hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kebiasaan bondol jawa yaitu makan di atas permukaan tanah atau mengambil biji dari bulir rumput, menghabiskan banyak waktu dengan membersihkan bulunya di pohon-pohon besar. bersiul ribut dan Bondol jawa memiliki suara dengan bersiul halus ”cii-ii-ii” MacKinnon, Philips, dan Ballen 2010. Perkembangbiakan bondol jawa dengan membentuk sarang bola berongga longgar yang terbuat dari potongan rumput dan bahan lain, diletakkan cukup tinggi di atas pohon diantara benalu, ketiak tangkai palem atau tempat tertutup lainnya MacKinnon, Philips, dan Ballen 2010. Bondol jawa dapat berkembang biak sepanjang tahun dan bertelur empat atau lima butir setiap kali peneluran dengan telur berwarna putih MacKinnon 1990, Priyambodo 2009. Bondol jawa merupakan jenis burung endemik dataran rendah Jawa dan sangat umum ditemui di Jawa, Sumatera, NTT, NTB dan Bali Coates & Bishop 2000, Sulistyadi 2010. Bondol jawa tersebar luas sampai ketinggian meter MacKinnon 1990, Ichinose et al 2006. Pakan Milet Milet Pennisetum millet termasuk dalam Famili Graminae rumputrumputan dan Ordo Poales. Milet merupakan salah satu jenis tanaman serealia selain padi, gandum, sorghum dan jagung. Di Indonesia milet hanya dijadikan sebagai pakan burung pemakan biji-bijan seperti bondol, pipit, gelatik, dan perkutut. Biji millet berbentuk bulat telur dan meruncing pada salah satu ujungnya. Biji milet mengandung karbohidrat, protein, lemak dan lainnya. Kandungan gizi milet dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum milet dibagi dalam tiga jenis yaitu, milet putih, milet merah, dan milet hitam. Dari ketiga jenis milet tersebut, milet putih yang lebih baik dari segi ekonomis karena permintaan pasar yang tinggi dengan harga stabil. Milet putih merupakan milet yang paling dikenal pecinta burung Indonesia. Biji milet 9 putih berwarna putih mengilat. perkutut dan kenari. Biji-biji ini, digemari burung gelatik, parkit, Jenis burung yang sering menyerang pertanaman milet antara lain, bondol, emprit, dan gelatik Andoko 2001. Tabel 1 Kandungan gizi dan mineral pada milet Uraian Jumlah Karbohidrat % 63 Protein % 10,6 Lemak % 1,9 Serat % 2,9 Lain-lain % 21,6 Kalsium mg/100 g 440 Besi mg/100 g 7 Fosfor mg/100 g 156 Natrium mg/100 g 53 Kalium mg/100 g 398 Sumber Andoko 2001 Gabah Secara umum butir-butir padi yang masih ditutupi dan dilindungi oleh sekam disebut sebagai gabah. Gabah sering dijadikan sebagai pakan burung pipit, gelatik, kenari, merpati, puter, dan perkutut Soemadi dan Abdul, 2003. Di kalangan penggemar burung dikenal gabah lain yaitu gabah lampung. Gabah lampung memiliki bentuk yang kecil dan agak bulat dengan kulit berwarna kuning agak halus. Gabah yang baik dari segi kualitas adalah gabah yang berisi, terasa padat ketika ditekan dengan jari tangan, dan tidak keropos. Beras Gabah yang digiling dan ditumbuk sehingga kulitnya terkelupas disebut sebagai beras. Permukaan beras ditutupi oleh selaput tipis yang dapat menentukan warna dari butir beras. Selaput ini mengandung protein, vitamin, karbohidrat, mineral, dan lemak. Berdasarkan warna selaputnya, beras dibagi menjadi tiga macam yaitu beras putih, beras merah, dan beras ketan hitam. Ketiga 10 jenis beras tersebut memiliki warna bagian luar yang berlainan, tetapi ketiga jenis beras tersebut memiliki warna bagian dalam yang sama yaitu putih bersih. Beras secara umum berbentuk lonjong, agak mengilap dan sukar dipatahkan dalam keadaan kering. Kandungan gizi dan mineral beras tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan gizi dan mineral pada beras Uraian Jumlah Karbohidrat % 77 Protein % 8,9 Lemak % 2,0 Serat % 1,5 Lain-lain % 11,1 Kalsium mg/100 g 7 Besi mg/100 g 9 Fosfor mg/100 g 147 Natrium mg/100 g 10 Kalium mg/100 g 87 Sumber Andoko 2001 Beras putih jarang digunakan sebagai pakan burung karena merupakan makanan utama manusia. Penggunaan beras sebagai pakan burung hanya sebagai pelengkap dalam bentuk campuran dengan biji lain. Pemberian beras putih yang terlalu banyak akan menyebabkan burung mengalami diare. Beras merah dan beras ketan hitam lebih banyak digunakan sebagai pakan burung. Beras merah sangat baik diberikan kepada anak burung yang masih dalam pertumbuhan Soemadi dan Abdul, 2003. Jagung pipil Tongkol jagung muda sangat disukai oleh burung berparuh bengkok seperti kakatua, nuri, parkit, dan bayan. Burung berparuh bengkok tersebut hanya memakan sebagian kecil dari biji lembaga dan sisa bagian yang tidak dikonsumsi akan dibuang. Sebaliknya, burung dengan paruh kerucut pemakan biji lebih menyukai jagung berbentuk pipilan. Jagung pipilan yaitu biji jagung yang sudah dipecah atau ditumbuk kasar. 11 Karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula pereduksi glukosa dan fruktosa, sukrosa, polisakarida, dan pati Penulis PS 2002. Kadar gula pada endosperma jagung sebesar 2-3% Koswara 1986. Kandungan gizi jagung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kandungan zat gizi jagung tiap 100 gram berat yang dapat dimakan Zat gizi Jumlah Satuan Energi 129 kal Protein 4,1 g Lemak 1,3 g Karbohidrat 30,3 g Kalsium 5,0 mg 108,0 mg Besi 1,1 mg Vitamin A 117 SI Vitamin B 0,18 mg Vitamin C 9 mg 63,5 g Fosfor Air Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1979 Berdasarkan warna bijinya, jagung dibedakan menjadi jagung putih, jagung kuning, dan jagung mosaik. Jagung yang sering digunakan sebagai pakan burung adalah jagung kuning. Jagung disebut kuning apabila 90% biji berwarna kuning dan sisanya berwarna lain. Jagung kuning atau jagung dengan endosperma kuning mempunyai kandungan karoten tinggi yang dapat digunakan sebagai sember provitamin A. Semakin kuning warna biji menunjukkan banyaknya kandungan provitamin A, sehingga jagung dengan warna kuning tua mengandung pro-vitamin A lebih banyak dibandingkan jagung dengan warna kuning muda akan tetapi dalam keadaan tertentu tidak berlaku mutlak. Pelet Pelet merupakan pakan buatan berbentuk butiran. Pakan buatan dibuat dan diramu untuk melengkapi kebutuhan pakan burung. Pelet dibuat dari campuran berbagai bahan makanan dengan komposisi yang lengkap yang telah dihaluskan 12 dan terpilih yang dibentuk dan dipadatkan secara mekanis Soemadi dan Abdul 2003. Selain itu, pelet lebih banyak digunakan sebagai pakanikan dalam bentuk butiran. Pelet memiliki bahan pembentuk berupa tepung kering dan gumpalan pasta. Menurut Mujiman 1994, bahan dalam bentuk tepung kering terdiri dari golongan berjumlah banyak dedak, tepung ikan, tepung kedelai, gelatin, dan lainnya dan golongan dengan jumlah sedikit vitamin dan mineral. Pelet yang baik memiliki kekerasan yang tinggi karena bahan pembuat pelet berasal dari bahan baku yang cukup halus. Jewawut Pakan jewawut Panicum italia sering diberikan pada burung dalam bentuk malai atau pipilan. Biji jewawut memiliki bermacam-macam warna yaitu putih, kuning, hijau, ungu tua, merah, atau warna campuran. Jewawut memiliki kandungan gizi yang hampir sama seperti jagung dan padi. Pemberian jewawut sebagai pakan terhadap burung dalam jumlah banyak dapat menyebabkan burung menjadi gemuk sehingga malas bergerak dan jarang berkicau Soemadi dan Abdul 2003. Racun Seng Fosfida Zn3P2 Seng fosfida tergolong dalam jenis racun akut. Racun akut adalah racun yang menyebabkan kematian setelah mencapai dosis letal dalam waktu 24 jam atau kurang Buckle & Smith 1996. Menurut Priyambodo 2003, racun akut bekerja cepat dengan cara merusak sistem syaraf. Seng fosfida berbentuk tepung dan berwarna hitam keabu-abuan, tahan lama disimpan pada kondisi normal Prakash 1988. Seng fosfida efektif dalam mengendalikan tikus karena memiliki bau seperti bawang yang dapat menarik tikus Buckle & Smith 1996. Selain digunakan terhadap tikus, seng fosfida juga efektif dalam mengendalikan mamalia dan burung Ware 1978. Racun dengan bahan aktif seng fosfida banyak digunakan untuk pengendalian tikus sejak Perang Dunia I. Cara kerja seng fosfida yaitu dengan menghasilkan gas fosfin PH3 yang bekerja di dalam perut sehingga 13 menyebabkan kerusakan pada jantung, hati, atau ginjal. Gejala keracunan dapat terlihat dalam waktu kurang dari 25 menit setelah mengkonsumsi racun dalam dosis yang tinggi, dan umumnya kematian terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam Prakash 1988, Ware 1978. Toksisitas seng fosfida pada LD50 untuk tikus riul Rattus norvegicus sebesar 40 mg/kg dan untuk bajing Citellus spp. sebesar 36 mg/kg. Beberapa mamalia terutama burung sangat rentan terhadap seng fosfida LD50 pada burung sebesar 9 mg/kg Prakash 1988. Bromadiolon C30H23BrO4 Bromadiolon merupakan jenis racun kronis Priyambodo 2003. kronis yaitu racun yang Racun bekerja secara lambat dengan cara mengganggu metabolisme vitamin K serta mengganggu proses pembekuan darah. Gejala keracunan dapat terlihat dalam waktu 24 jam atau lebih dan kematian dapat mencapai beberapa hari setelah aplikasi Buckle & Smith 1996. Bromadiolon ditemukan di Perancis pada pertengahan tahun 1970-an, dan mulai dikomersilkan ke berbagai negara. Bromadiolon diproduksi dalam bentuk tepung atau bubuk. Bromadiolon digunakan dalam bentuk umpan siap pakai dengan konsentrasi rendah, yaitu sekitar 0,005% Corrigan 1997. Konsentrasi yang digunakan dalam umpan umumnya 50 ppm. Kematian pada tikus riul R. norvegicus biasanya dapat dilihat setelah 24 jam aplikasi, sedangkan pada tikus rumah R. rattus membutuhkan lima hari dan pada mencit rumah Mus musculus membutuhkan waktu yang lebih lama. LD50 untuk tikus adalah 0,99 mg/kg sedangkan untuk unggas sebesar 5 mg/kg Prakash 1988. Kumatetralil C19H16O3 Kumatetralil merupakan jenis racun kronis. Racun kronis antikoagulan bekerja lambat dengan cara menghambat proses koagulasi atau penggumpalan darah serta memecah pembuluh darah kapiler Priyambodo 2003. Kumatetralil ditemukan di Jerman dan telah digunakan selama bertahuntahun di banyak tempat untuk pengendalian hewan pengerat. Kumatetralil 14 berbentuk bubuk kristal berwarna biru. Kumatetralil tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam aseton dan ethanol. Formulasi yang digunakan pada umpan kering sebesar 0,0375% yang telah dicampur dengan umpan dan 0,75% pada aplikasi tepung. LD 50 akut oral pada tikus riul R. norvegicus adalah 16,5 mg/kg dan tikus betina lebih tidak rentan dari pada tikus jantan. Toksisitas kronis dapat mencapai 5 x 0,3 mg/kg pada tikus riul sedangkan pada unggas mencapai 8 x 50 mg/kg. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa kumatetralil sangat berbahaya terhadap unggas. Kumatetralil digunakan dengan kandungan bahan aktif yang rendah. Resiko keracunan terhadap organisme bukan sasaran termasuk manusia sangat kecil Prakash 1988. 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan September sampai Desember 2010. Bahan dan Alat Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah bondol peking Lonchura punctulata dan bondol jawa Lonchura leucogastroides yang diperoleh dari penjual burung di Pasar Bogor, di simpangan Bogor Trade Mall, dan di Ciampea. Burung yang digunakan sebanyak 195 ekor, dengan berat antara 8-14 gram. Kandang Percobaan Kandang yang digunakan dalam pengujian terdiri dari kandang individu dan kandang populasi Gambar 4. Kandang individu terbuat dari aluminium berukuran 50 cm x 34,5 cm x 33 cm p x l x t. Setiap kandang dilengkapi peralatan tambahan yaitu tempat minum, tempat makan, kayu untuk bertengger, dan penampung kotoran. A B C Gambar 4 Kandang individu A dan B dan kandang populasi C Kandang populasi berbentuk balok dan dibuat dari kayu dengan lapisan seng pada bagian dalam, dan ditutup dengan ram kawat. Kandang berukuran 400 16 cm x 100 cm x 50 cm p x l x t. Setiap kandang memiliki tiga pintu yaitu pada bagian kanan, tengah, dan kiri. Pakan Pakan yang digunakan pada pengujian kemampuan makan adalah gabah dan beras merah pada perlakuan individu, sedangkan pada perlakuan populasi hanya menggunakan gabah. Untuk pengujian preferensi pakan baik perlakuan individu maupun populasi, pakan yang digunakan adalah gabah, milet, jewawut, pelet, jagung pipil, dan beras merah Gambar 5. Pada pengujian racun digunakan gabah sebagai bahan dasar pakan. A B C D E F Gambar 5 Jenis pakan pada preferensi pakan, A. Milet, B. Jagung pipil, C. Jewawut, D. Pelet, E. Beras merah, dan F. Gabah. Timbangan Alat yang digunakan untuk menghitung bobot bahan dalam pengujian adalah timbangan elektronik electronic top-loading balance for animal Gambar 6. Timbangan digunakan untuk mendapatkan bobot burung sebelum dan sesudah perlakuan serta mendapatkan besar pakan sebelum dan sesudah konsumsi pakan hewan uji. Gambar 6 Timbangan elektronik electronic top-loading balance for animal Racun Racun yang digunakan dalam pengujian bersifat racun akut dan racun kronis. Racun akut yang digunakan berbahan aktif seng fosfida, racun kronis yang 17 digunakan berbahan aktif bromadiolon dan kumatetralil Gambar 7. Ketiga jenis racun yang digunakan berbentuk serbuk yang akan dicampur dengan bahan dasar gabah pada pengujian Gambar 8. A B C Gambar 7 Jenis racun yang digunakan dalam pengujian, kumatetralil 0,75% A, seng fosfida 80% B, dan bromadiolon 0,25% C. A Gambar 8 B C D Umpan pengujian racun, gabah tanpa racun A, gabah dengan racun seng fosfida B, gabah dengan racun kumatetralil C, gabah dengan racun bromadiolon D. Metode Penelitian Persiapan Kandang Sebelum digunakan seluruh bagian kandang diperiksa dan dibersihkan terlebih dahulu. Setelah kandang pengujian layak digunakan, kemudian diletakkan mangkuk tempat minum dan makan burung. Persiapan Hewan Uji Burung yang diperoleh dari pedagang diadaptasikan terlebih dahulu dalam kurungan pemeliharaan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman selama 2-3 hari dengan diberi pakan gabah dan air setiap hari. 18 Penentuan bobot burung dilakukan dengan cara memasukkan seekor burung ke dalam kantong plastik kecil kemudian plastik diikat dan ditimbang. Bobot burung yang telah ditimbang kemudian dicatat dan dikurangi dengan berat plastik sebelum menimbang burung dengan jenis timbangan yang sama. Pengujian Konsumsi Makan Pengujian konsumsi makan dilakukan untuk mengetahui besar konsumsi burung bondol. Pengujian dilakukan terhadap individu dan populasi. Pada perlakuan individu, pakan yang digunakan adalah gabah dan beras merah. Pengamatan terhadap gabah dilakukan selama enam hari berturut-turut. Burung ditimbang sebelum dimasukkan dalam kandang individu. Setiap hari konsumsi burung terhadap gabah dihitung dan gabah diganti dengan yang baru. Pemberian gabah setiap hari sekitar 15 gram. Pada akhir pengamatan, burung ditimbang kembali dan dikembalikan ke kandang pemeliharaan. Pada perlakuan individu dengan menggunakan beras merah pengamatan dilakukan selama lima hari berturut-turut. Pada pengamatan ini masing-masing kandang individu disediakan pakan sekitar 200 gram. Penimbangan sisa umpan dilakukan pada akhir pengamatan. Pengujian populasi dilakukan selama lima hari berturut-turut menggunakan pakan gabah. Sepuluh ekor burung bondol dimasukkan dalam kandang populasi. Rasio perbandingan antara jantan dan betina yaitu 55 atau 46. Sebelum dimasukkan ke dalam kandang pengujian burung terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui bobot awal. Konsumsi makan burung terhadap gabah diketahui dari penimbangan gabah pada akhir pengamatan. Pada akhir pengamatan konsumsi makan, burung yang berada dalam kandang populasi dilanjutkan untuk pengujian preferensi makan dan selanjutnya pengujian racun. Pengujian Preferensi Pakan Pengujian dilakukan dengan metode pilihan choice test selama enam hari berturut-turut untuk setiap hewan uji. Penempatan pakan dipisahkan dalam tempat umpan mangkuk yang berbeda untuk masing-masing pakan. Pakan yang diberikan ditimbang setiap hari dan diganti dengan yang baru. Perhitungan konsumsi pakan burung dengan cara menghitung selisih pakan sebelum dan 19 sesudah perlakuan. Konsumsi pakan yang diperoleh kemudian dikonversi ke 10 gram bobot tubuh. Pengujian populasi dilakukan selama lima hari pengamatan menggunakan enam jenis pakan yang sama seperti perlakuan individu yaitu gabah, beras merah, milet, jewawut, pelet, dan jagung pipil. Besar konsumsi makan burung terhadap berbagai jenis pakan ditimbang pada akhir pengamatan. Pengujian Racun Pengujian racun dilakukan untuk mengetahui jenis racun yang lebih disukai dan menarik bagi burung. Dalam aplikasi, racun yang digunakan dicampur dengan bahan dasar gabah. Metode yang digunakan adalah metode pilihan choice test dengan menggunakan gabah tanpa racun, gabah dengan racun bromadiolon, gabah dengan racun kumatetralil, dan gabah dengan racun seng fosfida. Pencampuran racun dengan bahan dasar gabah dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut bromadiolon = jumlah umpan x 1 40 kumatetralil = jumlah umpan x seng fosfida = jumlah umpan x 1 20 1 100 Pengamatan dilakukan terhadap konsumsi setiap jenis umpan perlakuan gabah tanpa racun dan gabah dengan racun dengan cara perhitungan selisih jumlah awal dan akhir racun yang diberikan. Perlakuan populasi dilakukan selama lima hari pengamatan menggunakan empat jenis umpan yang sama seperti perlakuan individu. Besar konsumsi makan burung terhadap gabah diketahui dari penimbangan pada akhir pengamatan. Konversi Umpan Semua data yang diperoleh dari pengujian bondol peking dan bondol jawa, dikonversi terlebih dahilu terhadap 10 g bobot burung, dengan rumus sebagai berikut 20 Bobot umpan/racun yang dikonsumsi g Konversi umpan/racun g = x 10% Rerata bobot burung g Rerata bobot tubuh burung g = Bobot awal g + bob
Artikel Bondol Peking. Bondol peking atau pipit peking (Lonchura punctulata) adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintik-bintik, menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya. Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit peking; orang Sunda menamainya piit peking atau manuk peking, meniru bunyi suaranya.
Pasuruan - Hobi membawa rezeki. Ungkapan itu pas menggambarkan pengalaman hidup Fery Sandira 33.Pria asal Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan ini sukses membudidayakan burung kenari, yang awalnya hanya dimulai pada 2007. Ia memelihara burung kenari. Lambat laun, ia menyadari potensi bisnis dari kegemaran merawat burung kenari. "Hobi memang dari dulu, suka burung, apalagi kenari. Lama-lama saya lihat sepertinya menjanjikan kalau dibudidayakan," kata Fery, Sabtu 10/6/2023.Fery kemudian membeli indukan kenari impor dan lokal. Lama-lama burung indukannya semakin banyak, hingga mencapai 35 burung kenari jantan dan banyak, ia memindahkan tempat burung-burungnya ke Jalan KH. Abdul Hamid, Gang 7, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Di sana setiap hari ia dengan telaten bergelut dengan burung-burung tersebut."Merawat kenari itu mudah. Hanya membutuhkan waktu yang konsisten untuk menjemur dan memberi pakan pada burung anakan maupun indukan. Nggak susah cukup mudah kalau merawat burung kenari," pembudidayaan burung kenari, kata Fery, cukup mudah. Pertama, yang dilakukan yakni menyatukan burung indukan jantan dan betina di tempat yang berbeda. Setelah kurang lebih 4 hari bersama, burung tersebut sudah bisa menghasilkan telur."Seperti kamar pengantin menyebutnya, disiapkan untuk indukan kenari. Setelah bertelur, kemudian 14 hari masa pengeraman," menetas, burung tidak boleh dipisahkan dari indukan karena masih membutuhkan waktu di mana indukan betina memberikan pakan secara langsung. Masa ini membutuhkan waktu 25 hari."Kalau sudah melewati masa itu, rata-rata burung yang sudah berusia 1-2 bulan sudah siap untuk dijual," beberapa jenis burung kenari yang ia budidayakan dan jual ke pembeli. Anakan yokser lokal umur 1,5 bulan ia jual dengan harga Rp 3 juta per ekor. Sedangkan untuk kenari F3 dibanderol dengan harga Rp 1,7 juta, F2 di harga Rp 750 ribu dan F1 dijual dengan harga Rp 500 ribu."Kalau penjualan rata-rata per bulan itu bisa menjual sekitar 15-20 ekor burung kenari," yang juga menjadi penjual durian di wilayah Pasuruan Kota ini, juga menyebut penjualan burung kenari miliknya sudah merambah sejumlah pasar di Jawa Timur. Mulai dari Mojokerto, Surabaya Probolinggo dan daerah lainnya."Banyak pesanan daerah Jatim, kalau yang pasti itu wilayah Mojokerto, mesti nyetok," tuturnya. Simak Video "Berkenalan Lebih Dekat Dengan Burung Kenari, Medan" [GambasVideo 20detik] sun/iwd
Rp170000 per ekor. Entok Sepasang usia 3 bulan. Rp350.000 per pasang. Harga entok atau mentok di atas kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk peternak maupun situs jual beli online. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, harga entok tahun 2021 dan 2022 mengalami peningkatan.
Cara Dan Tips Akurat Membedakan Bondol Haji Jantan Dan Betina – Pada kesempatan kali ini akan memberikan informasi untuk anda tentang Cara dan juga Tips untuk bisa Membedakan Burung Emprti/Ppit Bondol Haji Jantan Dan juga Betina yang tentunya paling akurat di lihat dari segi fisiknya. pada dasarnya jenis dari burung ini memiliki banyak sekali jenisnya dan salah satu jenisnya merupakan burung Bondol Haji. jenis dari burung tentunya sering kita temukan dengan cara bergerombolan di sawah di atas pohon padi yang akan mulai panen dengan sambil memakan biji padi – padi tersebut. dan seandainya anda memelihara burung jenis emprit ini di mulai dari sejak anakan bahan serta di berikan suara isian masteran dari Burung Ciblek, Kacamata Pleci , Kenari dll. tentunya burung ini akan dapat menirukan suara tersebut dengan cara baik. Cara Dan Tips Akurat Membedakan Bondol Haji Jantan Dan Betina Pada dasarnya jenis dari Burung Bondol Haji banyak sekali berhabitat hidup di pulau bali, jawa hingga semenanjung Malaya. jenis dari burung ini memiliki ciri ciri pada bagian warna bulunya antara lain pada bagian kepala memiliki warna bulu putih dan pada bagian leher sampai ekor berwarna merah agak kecoklatan. dan untuk anda yang ingin memelihara burung jenis ini alangkah baiknya anda terlebih dahulu untuk mengetahui Cara dan juga Tips untuk bisa membedakan Jantan dan Betina burung Bondol ini agar anda tidak kecewa nantinya. di karenakan burung yang jantan tentunya akan dapat menangkap masteran suara dari jenis burung lainnya serta berkicau dengan baiksetiap harinya nantinya. untuk lebih jelasnya berikut merupakan Cara Dan Tips Akurat Membedakan Bondol Haji Jantan Dan Betina di bawah ini. Burung Bondol Haji Jantan Ciri Ciri Fisiknya – Memiliki postur tubuh lebih besar dari pada yang betina. – Memiliki warna bulu Coklat terlihat lebih gelap. – Memiliki warna bulu putih di kepala lebih tegas. – Seperti pada gambar di atas. – Bila berdiri terlihat tegak. Burung Bondol Haji Betina Ciri Ciri Fisiknya – Memiliki postur tubuh lebih kecil bila di bandingkan dengan yang jantan. – Memiliki warna bulu Coklat terlihat lebih pudar dan kusam. – Memiliki warna bulu putih di bagian kepala lebih pudar dan kusam. – Seperti pada gambar di atas. – Bila berdiri terlihat agak membungkuk.. Semoga dengan informasi di atas anda bisa mengetahui perbedaan dari Burung Bondol Haji Jantan serta Betina dan khususnya bagi anda yang sedang mencari informasi tersebut, cukup sekian informasi mengenai Cara Dan Tips Akurat Membedakan Bondol Haji Jantan Dan Betina dan terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanpaat.
DownloadSuara Burung Tuwu Betina & Jantan Mp3 August 19, 2021 by Ramadhan B17 SF Suara burung tuwu memang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan pembawa kabar yang tidak mengenakan.
Lonchuraleucogastroides - Bondol Jawa - LC. Lonchura fuscans - Bondol Kalimantan - LC. Indukan jantan dan betina bergantian mengerami telurnya hingga menetas, juga mencari makanan yang berupa serangga seperti jangkrik, ulat, semut, kroto dan serangga lainnya. betina 1.150.000; Branjangan jawa 80.000 500.000; Branjangan kalimantan 250.000;
. 5lz071a5eo.pages.dev/2305lz071a5eo.pages.dev/2655lz071a5eo.pages.dev/2545lz071a5eo.pages.dev/1415lz071a5eo.pages.dev/1875lz071a5eo.pages.dev/645lz071a5eo.pages.dev/3975lz071a5eo.pages.dev/875lz071a5eo.pages.dev/324
bondol jawa jantan dan betina